Kalam Biru
Setelah terbit pagi tadi, mentari terasa pelan beranjak meninggi. Jarum jam terasa lebih lambat berdetak. Seperti ada yang menahannya, atau hanya rasaku saja. "Dhi...., Kamu nggak berangkat kerja?" Suara mas Wisnu dari halaman belakang. Aku hanya tersenyum kecil dan berlalu menuju kamar mandi. "Move on dong....! Tia memang bukan jodohmu, ikhlaskan saja.... Do'akan saja dia bahagia dalam rumah tangganya." Sambung teman kosku itu. Aku hanya nggrundel dalam hati, kenapa nama itu lagi? Padahal sudah dua bulan berlalu sejak pernikahannya. Luka dalam hatiku terasa masih basah. Kekosongan otakku belakangan ini sebab utamanya adalah dia. Serasa cukuplah nama itu jadi masa lalu yang pernah indah saja, walaupun terasa perih saat kukenang.